Jumat, 02 Juli 2021

 

Artikel Refleksi

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

PGP 1 – Kabupaten Badung Hendra Pratisnojati Shoheh Muttaqin 3.1 – Aksi Nyata



Peristiwa (facts)

A.   Latar Belakang

Seorang pemimpin pembelajaran yang baik adalah seorang yang mampu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan- keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpinnya, yang pada akhirnya akan berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid. Bob Talbert mengatakan bahwa mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tentang sebuah nilai atau keputusan dalam suatu masalah yang dihadapi.

Dalam pengambilan sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang baik diperlukan langkah-langkah dan prosedur yang baik dan benar pula. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilah mana yang termasuk dilema etika dan mana yang termasuk bujukan moral. Kemudian, ketika kita sudah bisa mengidentifikasi hal tersebut termasuk yang mana, maka langkah selanjutnya adalah mengelompokkan kedalam empat jenis paradigma, lalu dilanjutkan dengan penentuan prinsip pengambilan keputusan yang terkait dengan dilema etika. Kemudian langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah melakukan pengujian dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi.

Dengan menerapkan formula 4-3-9 (yaitu 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan) dalam suatu dilema etika maka akan didapatkan keputusan yang optimal. Atas dasar hal tersebut maka dipandang perlu untuk mengetok tularkan pengetahuan ini di lingkungan sekolah saya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, hal pertama yang saya lakukan adalah melakukan komunikasi, koordinasi, dan permohonan izin kepada kepala sekolah dalam rangka untuk memperlancar kegiatan yang akan  dilakukan.


        Kegiatan koodinasi dan  komunikasi     dengan kepala sekolah dilaksanakan secara informal dan dilakukan dengan bincang-bincang santai. Hasil dari diskusi dan bincang-bincang dengan kepala sekolah diperolah suatu kesimpulan bahwa kepala sekolah menyetujui dan mendukung tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, serta diperoleh kesepatakan bahwa akan diadakan rapat internal antara dewan guru untuk mensosialisasikan program pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

 

B.   Alasan Pelaksanaan Aksi

   Pelaksanaan aksi ini didasarkan pada keinginan dari saya untuk dapat mengetoktularkan pengetahuan yang didapat dari     program pendidikan guru penggerak sehingga orang-orang (komunitas) disekitar saya turut juga merasakan maanfaatnya. Alasan lain yang juga mendasari kegiatan ini adalah karena saya sudah merasakan dampak dan manfaatnya ketika menerapkan konsep konsep tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di kelas yang saya ampu. Saya berkeinginan supaya murid dan guru di kelas lain merasakan juga manfaatnya. 

    Selain itu berdasarkan hasil coaching dengan salah satu rekan guru, diperoleh suatu permasalahan yang menurut guru yang bersangkutan cukup sulit untuk mengambil suatu keputusan. Karena masalah yang dihadapinya termasuk dalam dilema etika, dan bernilai benar dan benar. Dari hasil coaching tersebut,maka saya berpikir bahwa dengan bertambahnya wawasan rekan guru terkait konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, maka akan lebih mudah dalam pengambilan suatu keputus


C.   Hasil Aksi Nyata yang dilakukan

Kegiatan sosilasisasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan pada hari senin, 12 April   2021 ketika semua guru dan tenaga kependidikan hadir di sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan secara tatap muka langsung. Hal pertama yang dilakukan adalah menjelaskan mengenai berbagai teori yang telah didapat dalam program guru penggerak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, yang dimulai dari membedakan suatu masalah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral, dilanjutkan dengan   penjelasan   formula   4-3-9   (yaitu   4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan).



Dari hasil pemaparan ini terlihat banyak rekan sejawat yang tertarik dan antusias mengikuti pemaparan terkait kajian teori. Supaya pemahaman lebih mendalam, saya memberikan contoh langsung terkait kasus yang ada pada kelas saya dan kita coba untuk memecahkan bersama-sama.

Saya jelaskan kepada rekan guru bahwa dikelas saya terdapat seorang siswa yang bernama Ni Ketut Anggreni yang dalam 2 minggu terakhir tidak pernah mengikuti pertemuan virtual dan mengumpulkan tugas. Padahal sebelumnya anak ini selalu rajin dalam mengumpulkan tugas dan mengikuti pembelajaran daring lainnya. Ketika saya mencoba bertanya dengan teman yang dekat dengan rumah Anggreni, diperoleh informasi bahwa Anggreni sedang pulang kampung yang disana jaringan telepon kurang bersahabat. Pada satu kesempatan saya bisa menghubungi Anggreni via whatsapp. Saya bertanya kenapa dia jarang hadir di pembelajaran? Apa yang menyebabkan dia enggan hadir? Dia hanya menjawab bahwa nanti dia akan mengumpulkan tugasnya.

Pada awal tahun ajaran, saya jelaskan bahwa telah ada suatu kesepakatan kelas bahwa nilai PTS siswa tidak akan dimasukkan ke daftar nilai sebelum siswamemenuhi tagihan tugas- tugas nya dan mereka memahami itu sehingga semester ganjil tidak ada masalah. Setelah pelaksanaan PTS selesai, saya lihat bahwa nilai PTS Anggreni sudah diatas KKM. Sedangkan dia masih belum mengumpulkan beberapa tagihan tugas seperti teman-temannya yang lain. Hal ini menjadi dilema bagi saya apakah saya tetap memasukkan nilai hasil PTS Anggrenu (apalagi nilai PTS nya tuntas memenuhi KKM) ataukah saya menunda menuliskan hasil PTS Anggreni di daftar nilai karena dia belum mengumpulkan tagihan tugasnya sesuai esepakatan pada awal tahun ajaran baru?

Setelah saya menjelaskan dan memaparkan contoh kasus yang saya hadapi, rekan-rekan guru berdiskusi dan memutuskan ini adalah termasuk kasus dilema etika, dimana harus ada pilihan apakah saya harus memasukkan nilai Anggreni di daftar nilai karena telah memenuhi KKM (benar) ataukah harus menunda memasukkan nilai ke daftar nilai karena dia belum menyelesaikan tagihan yang ditugaskan kepadanya (benar). Hasil analisis rekan saya sudah benar dan saya menyetujui hal tersebut.

Kegiatan selanjutknya adalah mencoba membedah kasus tersebut dengan menggunakan formula 4-3-9 yaitu 4 paradigma,

3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Anggeni, dai pulang ke kampung halaman karena ada suatu hal mendesak dan dia sudah mohon maaf karena tdak menghubungi guru untuk meminta izin dan menurutnya itu kesalahannya sendiri dan di kemudian hari tidak akan mengulanginya. Untuk diketahui, selama sebelum PTS Anggreni sudah belajar materi dan kisi-kisi soal PTS yang saya berikan ke anak-anak di grup WhatsApp melalui YouTube sehingga dia bisa mengerjakan soal- soal PTS dengan baik. Untuk mengejar ketertinggalan tugas-tugasnya, Anggreni meminta izin untuk diberikan waktu dan akan mengumpulkan segera sebelum libur lebaran.

Setelah kami berdiskusi, disepakati bahwa paradigma yang kami gunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) dimana pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan,                          tapi            terkadang membuatpengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Selanjutnya prinsip yang kami sepakati gunakan adalah prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) karena kami menguji tindakan kami dengan menempatkan diri kami pada posisi Anggreni dan membayangkan bagaimana rasanya jika saya adalah Aggreni yang sedang menghadapi hal yang mendesak dan panic yang menyebabkan harus pergi ke kampungnya. Langkah selanjutnya adalah menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus ini. Pada tahap ini saya menjelasakan langsung hasil analisis saya mengenai kasus yang dihadapi oleh Anggreni. Nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut adalah nilai keadilan dan rasa kasihan; pihak yang terlibat dalam situasi tersebut adalah saya sendiri sebagai orang yang sedang mengalami dilema etika dan Anggreni murid kelas VI; fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut antara lain : Anggreni pulang kampung karena ada suatu hal mendesak dan dia mohon maaf karena tdak menghubungi guru untuk meminta izin dan menurutnya itu kesalahannya sendiri dan di kemudian hari tidak akan mengulanginya. Selama sebelum PTS Anggreni belajar materi dan kisi-kisi soal PTS yang saya berikan ke anak-anak di grup WhatsApp melalui YouTube sehingga dia bisa mengerjakan soal-soal PTS dengan baik. Untuk mengejar ketertinggalan tugas-tugasnya, Anggreni meminta izin untuk diberikan waktu dan akan mengumpulkan segera sebelum libur lebaran. Selanjutnya adalah melakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut,   dalam   situasi   tersebut   ada   aspek pelanggaran aturan sekolah yaitu Anggreni tidak izin ketika dia berhalangan mengikuti pembelajaran di sekolah dan tidak mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam kasus tersebut tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi. Berdasarkan perasaan dan intuisi saya, ada yang salah dalam situasi ini yaitu saya berusaha membenarkan jika saya memasukkan nilai PTS Anggreni sedangkan dia belum menyelesaikan tugas-tugasnya. Yang saya rasakan bila keputusan saya dipublikasikan di halaman depan koran, maka saya akan merasa tidak nyaman, karena orang akan tahu bahwa ada kemungkinan sisi ketidakjujuran pada diri saya. Kemungkinan keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya dalam situasi ini adalah dengan meminta Anggreni menyelesaikan tugasnya dan akan saya masukkan nilai PTSnya jika tagihan tugasnya sudah terpenuhi; paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika ini adalah paradigma Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) yaitu apakah saya tetap memasukkan nilai hasil PTS Anggreni (apalagi nilai PTS nya tuntas memenuhi KKM) ataukah saya menunda menuliskan hasil PTS Anggreni di daftar nilai karena dia belum mengumpulkan tagihan tugasnya sesuai kesepakatan pada awal tahun ajaran baru pembelajaran matematika; Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, Prinsip yang saya gunakan adalah prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma) yaitu saya akan memberikan kesempatan Anggreni untuk menyelesaikan tugasnya; Keputusan yang akan saya ambil yaitu saya akan tetap tetap memasukkan nilai hasil PTS Anggreni dengan berbekal kepercayaan saya pada Andini bahwa dia akan menyelesaikannya sebelum libur lebaran; keputusan yang saya buat sudah tepat karena rasa percaya dan kasihan saya pada Anggreni.

Seteleh selesai membedah kasus Anggreni rekan guru merasa senang dan puas karena mendapatkan ilmu baru yang segera diterapkannya ketika dihadapkan pada suatu kasus yang sejenis.


Feelings

Hal yang saya rasakan setelah melaksanakan rangkaian aksi nyata tersebut, saya merasa senang dan lega karena saya mengetoktularkan pengetahuan baru yang saya miliki dalam komunitas saya di sekolah sehingga rekan- rekan guru bisa merasakan juga manfaatnya. Selain itu pada kasus Anggreni saya merasa senang, sekaligus lega karena telah memutuskan sesuatu dengan benar melalui menggali kebenaran yang terjadi pada Anggreni dan disetujui oleh rekan-rekan sejawat. Pada sesi ini saya merasa sangat terbantu sekali ketika saya melakukan pengambilan keputusan harus menggunakan paradigma apa, memilih prinsip pengambilan keputusan yang bagaimana dan menentukan keputusan akhir dengan terlebih dahulu melakukan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut.

 

Findings

Pembelajaran yang saya peroleh dari pelaksanaan aksi nyata tersebut adalah bahwa setiap ilmu akan lebih bermanfaat dan lebih berguna lagi ketika disebarluaskan kepada sesama, selain itu saya memahami bahwa sebagai guru tugas kita tidak hanya sebagai pendidik tapi kita juga harus menunjukkan empati kita dan memposisikan diri kita sebagai siswa tersebut agar mereka tidak merasa sedang dihakimi ketika mereka menghadapi masalah, tapi secara bersama-sama menemukan solusi dari masalah yang terjadi. Kita harus terbiasa menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam melakukan pengambilan keputusan. Dengan melakukan hal tersebut maka keputusan yang kita ambil bisa tepat dan tidak merugikan murid ataupun guru.

 

Future

Rencana perbaikan yang akan saya lakukan di masa yang akan datang adalah saya akan terus membagi ilmu yang saya peroleh pada berbagai kegiatan yang saya ikuti, termasuk dalam program guru penggerak ini. Selain itu saya akan meminta murid untuk memenuhi tagihan penugasan sebelum kegiatan PTS (Penilaian Tengah Semester) ataupun PAS (Penilaian Akhir Semester) agar tidak ada lagi ketika sudah waktunya PTS atau PAS masih ada murid yang belum menyelesaikan tugasnya.




Jumat, 09 April 2021

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 



Program Pendidikan Guru  Penggerak

PGP – 1 – Kabupaten Badung – Hendra Pratisnojati Shoheh Muttaqin
3.1.a.8 Koneksi Antar Materi