Sabtu, 27 April 2019

BERKESENIAN DI SEKOLAHKU YANG MENYENANGKAN




Hari yang ku tunggu-tunggu akhirnya tiba, yaitu hari Sabtu. Hari dimana aku terbebas dari pelajaran yang menguras tenaga dan pikiran. Sabtu merupakan harinya ekstra kurikuler. Kegiatan yang sangat aku gemari. Di sekolah kami pada hari itu di khususkan untuk berbagai kegiatan Ekstra kurikuler. Ekstra kurikuler yang ada di sekolah kami diantaranya matembang, mejejahitan, dan menari. Matembang merupakan kegiatan menyanyikan lagu-lagu suci agama Hindu. Majejahitan adalah kegiatan membuat banten. Sedangkan menari merupakan kesenian yang dilakukan dengan cara melakoni gerakan tarian Bali.
Pada jam pertama saya mengikuti kegiatan matembang, kegiatan ini bertujuan mengajegkan (melestarikan) seni budaya Bali, supaya kidung di Bali tidak punah. Kidung adalah kesenian menyanyikan lagu suci agama Hindu. Selain itu kidung juga digunakan saat upacara keagamaan. Ada banyak jenis kidung, diantaranya kidung Dewa Yadnya, kidung Rsi Yadnya, kidung Pitra Yadnya, kidung Bhuta Yadnya, dan kidung Manusa Yadnya atau disebut juga kidung Panca Yadnya. Saat belajar matembang diajari beberapa kidung, yaitu kidung Warga Sari Pendek, Nunas Tirta, Turun Tirta, Ida Ratu, Pupuh Jerum, Pupuh Ginada, Pupuh Semarandana, Pupuh Ginanti, dan Pupuh Maskumambang. Yang membina matembang adalah pak Ketut Sukita, beliau suka bercanda dan bercerita yang lucu-lucu.
Mejejahitan adalah ekstra kurikuler yang aku sukai. Majejahitan merupakan kegiatan membuat karya seni yang dibuat dari bahan janur, yang berguna untuk sarana upacara keagamaan. Saat majejahitan aku diajari membuat sampian, dan alat-alat pejati. Sampian yang sudah pernah diajari membuatnya adalah, naga sari, dan dapetan. Sedangkan alat-alat pejati yang sudah diajari membuatnya adalah aled, dan serobong daksina. Sampian dan alat-alat pejati itu akan digunakan untuk upacara keagamaan. Yang membina mejejahitan adalah Ibu Ayu. Bu Ayu seorang guru yang baik dan sabar, dia mengajari murid-murid sampai bisa membuat sampian dan alat-alat pejati. Selain mengajari kegiatan ekstra, beliau juga mengajari pelajaran kurikuler, yaitu pelajaran Agama Hindu dan Bahasa Bali.
Ada satu ekstra kurikuler yang membuatku tertarik untuk mengikutinya, ekstra tersebut adalah menari. Aku menjadi tertarik karena menurutku menari adalah kegiatan yang bisa menuntun kita untuk belajar tarian Bali yang khas. Banyak yang khas dari tari Bali, misalnya dari agemannya, gerakan matanya, dan masih banyak lagi. Ada banyak jenis tarian khas Bali contohnya, tari Pendet, Rejang Dewa, Rejang Sutri, Puspanjali, Pamyembrama, Gabor, Manuk Rawa, Sekar Jepun, Sekar Jagat, Condong, Legong Kraton, Cendrawasih, Merak Angelo, Kembang Girang, Oleg Tamulilingan, Wirayuda, Baris Tunggal, dan masih banyak lagi jenis tariannya. Ada satu tarian yang istimewa dan terkenal yang menjadi ciri khas Bali, tarinya adalah tari Kecak. Tari Kecak adalah tarian yang menceritakan tentang cerita Ramayana. Adapun bagian-bagian tokoh tari Kecak antara lain, sang Rama, Dewi Sita, Rahwana, Hanoman. Diantara tokoh-tokoh tersebut ada yang memiliki sifat protagonis yaitu sifat baik adalah sang Rama, Dewi Sita, Hanoman. Figuran adalah tokoh sampingan, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penentang tokoh utama atau disebut tokoh jahat tokoh jahat dalam cerita Ramayana adalah Rahwana. Ekstra kurikuler menari di sekolahku dibina oleh Bu Desak. Tari yang sudah diajari kepada siswi perempuan bermacam-macam seperti tari Pendet, Puspanjali, Rejang Dewa, Panyembrama, Manuk Rawa, dan Sekar Jepun. Sedangkan untuk siswa laki-laki adalah tari Wirayuda, dan Baris. Aku juga ikut Pasraman Widya Astiti Dharma, pasraman ini diadakan oleh desa tempatku tinggal, yaitu Desa Pecatu. Biasanya saya mengikuti pasraman setiap hari Minggu, yang bertempat di Uluwatu. Adik saya pun juga merasa tertarik untuk ikut pasraman ini, kemudian saya mendaftarkannya ke pasraman. Pasraman ini diketuai oleh Pak Sutek, dan yang melatih tari adalah Bu Egig. Banyak juga tarian yang sudah diajari, seperti tari Pendet, Puspanjali, Rejang Dewa, Panyembrama, Manuk Rawa, Sekar Jepun, Legong Kraton, Condong, Cendrawasih, dan Kembang Girang.
Aku bangga bisa ikut mengajegkan seni budaya Bali. Aku juga senang karena melalui ekstra kurikuler aku bisa mengenal seni budaya Bali, seperti jenis-jenis kidung, beraneka sampian (kerajinan dari janur), dan beraneka ragam tarian, yang berguna bagi upacara keagamaan. Adapun fungsi dari matembang, mejejahitan, dan menari contohnya, kidung dalam hari suci keagamaan dilantunkan sebelum upacara dimulai, dan kidung juga dilantunkan setelah persembahyangan selesai atau sebelum metirta. Sedangkan mejejahitan berguna saat pembuatan banten untuk upacara keagamaan, maka daripada itu kita harus punya keterampilan mejejahitan karena umat Hindu pasti membuat banten dalam kehidupan sehari-harinya. Sama halnya dengan matembang, menari juga digelar sebelum upacara keagamaan dimulai biasanya tari yang ditarikan adalah tari Rejang Dewa yang dibawakan oleh anak perempuan, selain tari yang dibawakan oleh anak perempuan ada juga tari yang dibawakan oleh ibu-ibu PKK yaitu tari Rejang Sutri. Sedangkan tari yang biasanya dibawakan oleh laki-laki adalah tari baris tunggal. Setelah kidung dilantunkan dan tarian, barulah upacara keagamaan dimulai. Seperti itulah fungsi dari masing-masing kegiatan ekstra kurikuler yang aku ikuti.