by.Ni Luh Widya Novita Dewi
Pagi itu aku dibuat kaget dengan keadaan sekolahku, kelas yang biasanya kutempati rata dengan tanah. Hatiku hancur berkeping-keping melihatnya. Ada apa dengan sekolahku? Apa yang terjadi? Benarkah sekolahku ditutup seperti kata orang-orang, karena jumlah muridnya sedikit? Menangis aku dalam hati, mau sekolah dimana aku nanti? Tiba-tiba aku dikagetkan dengan kehadiran guruku, aku langsung bertanya kepada beliau tentang keadaan sekolah. Dari beliau, aku mendapatkan informasi bahwa sekolahku memang harus di bongkar, tapi tidak ditutup melainkan akan di bangun kembali menjadi sekolah yang lebih indah dan menarik. Senang rasanya mendengar berita tersebut. Tak sabar rasanya ingin menempati sekolah baru tersebut. Itulah kenanganku dua tahun yang lalu. Sekarang senang rasanya sekolahku sudah berdiri lagi dengan wajah baru yang lebih indah, yang membuatku betah belajar di sekolah.
Saat sekolahku sudah jadi, hatiku merasa senang tidak terkira. Tetapi ada juga yang membuat hatiku sedih ternyata aku tidak menempati kelas yang baru itu, malah aku menempati kelas lama. Gedung lama yang berada di sebelah UKS sekolah. Betapa sedih rasanya, tetapi aku tetap tegar dan berusaha menerimanya dengan tegar. Pada waktu itu wali kelasku adalah ibu Istifadah. Kami mendapatkan kelas lama sebab wali kelas kami hamil 7 bulan, itu sebabnya kami tidak mendapatkan kelas dilantai atas, karena takut bu Istifadahnya keguguran.
Sekolah kami memiliki taman yang luas dan dan pohon yang besar, karena kepala sekolah kami yaitu I Wayan Rina suka keasrian alam. Di sekolah kami pun mempunyai tempat persembahyangan bersama, kepala sekolahku yaitu I Wayan Rina merawat kelestarian alam, beliau selalu datang lebih pagi dari pada guru yang lainya untuk menyapu di halaman, sekolah ku mempunyai halaman yang luas, sampai-sampai muridnya pun dibagikan jadwal piket masing masing, Sekolahku juga pernah mendapatkan juara untuk sekolah yang terbersih tingkat provinsi yang disebut Adiwiyata. Setelah selesai menyapu di halaman, bel masuk pun berbunyi aku pun bersembahyang bersama di padmasana, selesai sembahyang aku bersama teman-teman menyanyikankan lagu wajib nasional yaitu Indonesia Raya dan mengucapkan Pancasila.
Di sekolahku juga ada kolam yang diatasnya ada patung dewi Saraswati yang cantik, yang melambangkan dewi ilmu pengetahuan, di sebelah barat patung saraswati ada juga perpustakaan yang didalamnya banyak buku-buku yang bagus. Di sekolahku juga ada UKS yang didalamnya juga ada peralatan kesehatan yang lengkap. Tidak kusangka ternyata disekolahku dikunjungi orang asing. Mereka berasal dari Australia yang peduli akan pendidikan. Mereka berkenalan dan bercakap-cakap dengan kami semua, kemudian satu demi satu dikasih hadiah yang didalamnya berisi penggaris, penghapus, sepidol, pulpen, pensil dan lain-lain. Tapi sayang pada saat itu aku tidak masuk karena aku pulang kampung. Pada tahun tersebut juga kepala sekolah kami sudah tidak pak Rina lagi sekarang sudah diganti menjadi bu Sri Sisyolowani, pada saat perpisahan pak Rina, aku dan teman-temanku membawa hadiah kenang-kenangan untuk pak Rina, dan aku pun menangis tersedu-sedu, tetapi tidak apa-apa aku tetap menerima itu karena sudah digantikan oleh bu Sri Sisyolowani.
Awalnya aku pikir bu Sri Sisyolowani itu galak seperti kata orang-orang tapi ternyata tidak, ternyata beliau itu sangat baik dan ramah, beliau begitu menyayangi dan perhatian kepada semua murid-murid SD No.6 Pecatu. Kemudian pada saat itu kami mengikuti olimpiade MIPA. Aku pun harus belajar utuk mengharumkan nama baik SD No 6 Pecatu dan ternyata ada temanku yang bisa mencapai peringkat sembilan besar dan bisa mengharumkan nama baik SD No 6 Pecatu semua guru pun bangga terhadap temanku yang bernama Anik. Senang rasanya bisa menyaksikan nama SD 6 Pecatu menjadi harum meskipun bukan aku yang mengharumkannya. Semoga suatu saat nanti aku bisa mengharumkan nama sekolahku tencinta.