Hakikat pembelajaran terintegrasi.
Secara
teoritis terdapat dua istilah yang memiliki hubungan yang saling terkait dan
ketergantungan satu dengan yang lainnya, yaitu integrative curriculum (kurikulum terpadu) dan integreted learning (pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu
adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan
isi, keterampilan dan sikap (Wolfinger dalam Hernawan:15). Perbedaan yang
mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak pada
segi perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran terpadu bertolak
dari kurikulum terpadu.
Pembelajaran
terpadu dalam bahasa Inggris adalah integrated
teaching and learning atau integrated
curriculum approach. Konsep pembelajaran terpadu digagas oleh John Dewey,
menurut Dewey pembelajaran terpadu sebagai usaha untuk mengintegrasikan
perkembangan dan pertumbuhan peserta didik dan kemampuan pengetahuannya (Saud
dalam Ananda:3). Dijelaskan lebih lanjut oleh Dewey bahwa pembelajaran terpadu
adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam pembentukan
pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam
kehidupannya.
Menurut
T. Raka Joni (dalam Kadir:6) bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan autentik. Beane (dalam Ananda:3) menjelaskan pembelajaran terpadu
merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan. Keterpaduan dalam
pembelajaran tersebut dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek materi
belajar, dan aspek kegiatan pembelajaran. Sementara itu Jacobs (dalam Ananda:3)
menjelaskan pembelajaran terpadu adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran
sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan mempadukan materi ajar dalam suatu
mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan
peserta, kebutuhan dan minat peserta, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan
sosial keluarga.
Hadi
Subroto (dalam Kadir:6) mendefinisikan secara lebih operasional bahwa
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok
bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep
tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau
direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam
pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada
umumnya pembelajaran tematik/terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema
tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman
kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
bagi siswa.
Pembelajaran
terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran
terpadu, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka
pahami (Hernawan:1.5).
Drake
dan Burns (dalam Murfiah) yang menyatakan bahwa: “Multidisciplinary approaches focus primarily on the disciplines.
Teachers who use this approach organize standars from the disciplines around a
thema. Figure 1.2 shows the relationship of different subjects to each other
and to a common theme. There are many different ways to create
multidisciplinary curriculum, and they tend differ in the level of intensity of
the integration effort”. Konsep ini menjelaskan bahwa pendekatan
multidisiplin berfokus di atas cabang- cabang disiplin. Guru yang menggunakan
pendekatan ini mengorganisasikan standar disiplin yang membentuk sebuah tema.
Pendekatan multidisiplin merupakan pendekatan yang dikembangkan dalam kurikulum
2013, terutama dalam pendekatan yang dikembangkan dalam kurikulum sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sebuah pendekatan tematik terpadu dari
beberapa mata pelajaran, namun materi yang dikembangkan disusun seimbang
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran
terpadu menurut Joni (dalam Ananda:4) adalah suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang secara holistik,
bermakna dan otentik. Sukayati (dalam Ananda:4) menjelaskan pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu
peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran
yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan
dengan pokok bahasa lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang
dilakukan secara spontan atau direncpeserta an, baik dalam satu bidang studi
atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar peserta, maka pembelajaran
menjadi lebih bermakna (Hadisubroto dalam Trianto, 2011:56). Hal senada dengan
penjelasan di atas dipaparkan oleh Sukandi dkk (Trianto, 2011:56) bahwa
pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegitan mengajar dengan
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan cara ini dapat dilakukan dengan
mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan tiap pertemuan. Menurut
Trianto (2011:57) pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan
beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada peserta
didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang dipelajari itu melalui pengamatan langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.
Dalam
pemaknaan lainnya pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik (a holistic approach) yang
mengkombinasikan aspek epistemologi, sosial, psikologi dan pendekatan pedagogi
untuk pendidikan peserta yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara
pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan domain-domain
pengetahuan (Saud dalam Kadir:5).
Pembelajaran
terpadu sangat sederhana jika diterapkan dalam sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), dalam materi yang dikembangkan atau mata pelajaran yang
dikembangkan memerlukan pendekatan yang terpadu sebagai acuan dasar untuk
membentuk sebuah tema, pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah memungkinkannya
dengan pendekatan tematik tersebut. Bahkan, kompetensi inti kelas I
menyeimbangkan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Standar
kompetensi lulusan pada ranah sikap pribadi yang beriman, berakhlak mulia,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan peradabannya dengan cara
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan.
Secara
sederhana apa yang dimaksudkan dengan pembelajaran tematik adalah kegiatan
siswa bagaimana seorang siswa secara individual atau secara kelompok dapat
menemukan keilmuan yang holistik. Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan
model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan
penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi
pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan
fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk
membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya
Pembelajaran
terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan
menintegrasikan kegiatan kedalam semua bidang pengembangan, meliputi aspek
kognitif, social-emosional, bahasa, moral, dan nilai nilai agama, fisik
motorik, dan seni. Semua bidang pengembangan tersebut dijabarkan kedalam
kegiatan pembelajaran yang dipusatkan pada satu tema sehingga pembelajaran
terpadu, disebut juga pembelajaran tema. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran
terpadu ini bertolak dari suatu topic yang dipilih dan dikemabangkan oleh guru bersama
dengan anak. tujuan dari tema ini bukan hanya semata - mata untuk menguasai
konsep konsepa tau keterampilan saja, akan tetapi konsep konsep dan
keterampilan tersebut berkaitan terkait satu sama lain dan digunakan sebagai
alat dan wahana untuk mempelajarai dan menjelajahi tema yang dipilih.
Berdasarkan
pemaparan di atas dapatlah dipahami bahwa pembelajaran terpadu merupakan
pendekatan dalam pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa materi ajar dan
atau beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Dari uraian pendapat
diatas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat disimpulkan sebagai berikut.
Ø Pembelajaran
terpadu diartikan sebgai pendekatan pembelajaran yang melibatkan atau
menghubungkan beberapa mata pelajaran/bidang studi yang mencerminkan dunia
nyata dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Ø Pembelajaran
beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk
memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik berasal dari bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi yang lainnya.
Ø Suatu
cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan.
Ø Merakit
atau menghubungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang pengembangan yang
berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran
terpadu sangat diperlukan terutama untuk jenjang sekolah dasar, karena
perkembangan anak sekolah dasar cenderung bersifat holistik. Perkembangan ini
merupakan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang tidak dapat
terpisahkan satu dengan yang lainnya dan sifatnya terpadu (holistic) dengan
pengalaman serta kehidupan dalam lingkungan sekitar. Pembelajaran terpadu pada
anak usia dini dalam hal ini murid SD kelas 1 sampai kelas 6 didasarkan pada
keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah
dalam proses belajar. yang akan membentuk pengalaman secara totalitas dalam
pribadi anak.
Alasan
perlunya penerapan proses pembelajaran yang memadukan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lain, atau satu mata pelajaran dengan bahan
ajar tertentu, sehingga menjadi satu menu yang akan disajikan dalam proses
pembelajaran (Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas 2004),
yaitu:
a. Alasan
Empirik, karena pada hakikatnya pengalaman hidup ini sifatnya kompleks dan
terpadu, artinya menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Dari kondisi
ini sebaiknya proses pembelajaran di sekolah sebenarnya dapat dilaksanakan
dengan meniru model pengalaman hidup di dalam masyarakat, karena proses
pembelajaran yang demikian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita.
b. Alasan
Teoritis Ilmiah, karena keadaan dan permasalahan dalam kehidupan akan terus
berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
kata lain, muatan ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin bertambah itu
tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam kurikulum menjadi mata pelajaran yang
berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan satu organisasi kurikulum yang
isinya lebih merupakan pilihan bahan ajar yang secara khusus dipersiapkan
sebagai menu untuk proses pembelajaran. Dari sinilah muncul fusi mata pelajaran
yang melahirkan kurikulum terpadu (integrated curriculum), dan kemudian
melahirkan kurikulum inti (core curriculum). Pembelajaran terpadu bertujuan
untuk mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sera permasalahan
yang begitu kompleks dalam masyarakat.
Selain
hal tersebut, terdapat beberapa alasan lain mengapa pembelajaran terpadu cocok
digunakan di tingkat SD (Hasnawati:3):
1. Pendidikan
di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD memandang dan mempelajari segala peristiwa yang
terjadi disekitarnya atau yang dialaminya sebagai satu kesatuan yang utuh
(holistic) , mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan
yang lain.
2. Di
samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi
dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan
masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi,
anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif.
Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan
mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam
memandang manusia secara utuh.
3. Pembelajaran
terpadu berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
4. Pembelajaran
terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
5. Dalam
pembelajaran terpadu pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tematema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
6. Pembelajaran
terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pembelajaran
terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
8. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan
demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.
Daftar Pustaka
Ananda,
Rusydi.Abdillah. 2018. Pembelajaran
Terpadu. Medan: LPPKI
Depdiknas.2004.
Model Pembelajaran Terpadu. Artikel.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas
Hasnawati.2013.
Sistem Pembelajaran Terpadu di Sekolah
Dasar. E-Journal Marwah. STAIN Bukit Tinggi. Vol XII, No.1 Juni tahun 2013.
Hernawan,
Asep Herry. 2005. Pembelajaran Terpadu di
SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Kadir,
Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Murfian,
Uum. 2017.Model Pembelajaran Terpadu di
Sekolah Dasar. Jurnal Pesona Dasar. Universitas Syah Kuala: Vol.1 No.5
tahun 2017
Suprayitno.
2015. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
secara terpadu di Sekolah Dasar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
Universitas Negeri Meda. Vo.12, No.81 tahun 2015
Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara.